Kediri – Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Kabupaten Kediri Pradana Probo Setyarjo, menegaskan bahwa dirinya belum ingin berdamai dengan dua terdakwa kasus penghadangan terhadap dirinya. Pradana mengaku merasa nyawanya terancam saat insiden terjadi di Simpang Empat Kodim 0809 pada 23 Desember 2024 lalu.
Pengadilan Negeri (PN) Kota Kediri menggelar sidang lanjutan kasus dugaan penghadangan mobil yang ditumpangi Kajari bersama keluarganya. Dua terdakwa dalam kasus ini adalah Yanto dan Hikmawan, yang diduga merupakan anggota sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Dalam keterangannya di persidangan, Pradana mengungkapkan bahwa para pelaku menggedor-gedor pintu mobilnya dengan paksa. Mereka juga memerintahkan dirinya untuk menghentikan kendaraan dan turun, yang menurutnya mirip dengan aksi begal.
“Mobil saya dihentikan secara paksa, pintunya digedor-gedor, mereka meminta saya turun. Saat itu saya bersama keluarga dan anak-anak. Ini tindakan yang sangat mengancam,” ungkapnya di depan majelis hakim.
Pradana juga mengaku bahwa insiden tersebut meninggalkan dampak psikologis bagi keluarganya. Anak bungsunya yang masih duduk di kelas tiga sekolah dasar mengalami trauma akibat kejadian itu.
Kajari Kabupaten Kediri menegaskan bahwa dirinya belum bisa memaafkan para pelaku dan tidak berencana melakukan perdamaian.
“Sampai saat ini saya tidak bisa memaafkan mereka. Saya merasa keselamatan saya dan keluarga terancam,” tegasnya.
Kasus ini sempat viral setelah rekaman kejadian beredar di media sosial. Dalam video yang beredar, sempat terjadi tarik-menarik antara Kajari dan salah satu pelaku, di mana Pradana saat itu memegang senjata api.
Pradana menyatakan bahwa pelaku berusaha merebut senjatanya, sehingga ia terpaksa melepaskan tembakan peringatan ke udara. Sementara itu, pihak terdakwa mengklaim bahwa mereka hanya berusaha menjatuhkan senjata tersebut, bukan merebutnya.
Sidang masih berlanjut, dan proses hukum terhadap kedua terdakwa terus berjalan di PN Kota Kediri.