Malang – Kepolisian Resor (Polres) Malang, Jawa Timur, mengungkap kasus kekerasan terhadap anak di bawah umur yang terjadi di Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang. Seorang pria berinisial HH (23), yang merupakan tetangga korban, ditetapkan sebagai tersangka.
Korban dalam kasus ini adalah bocah perempuan berusia 4 tahun. Kasus mencuat setelah pihak keluarga mencurigai adanya kejanggalan pada kondisi fisik anak tersebut dan melaporkannya ke Polres Malang pada Selasa, 23 Juli 2025.
“Begitu menerima laporan, Unit PPA Satreskrim langsung melakukan penyelidikan. Setelah cukup bukti dan keterangan dari berbagai pihak, kami amankan tersangka,” ujar Wakapolres Malang, Kompol Bayu Halim Nugroho, dalam konferensi pers yang digelar pada Rabu, 30 Juli 2025.
Berdasarkan hasil penyelidikan, aksi kekerasan tersebut diduga sudah terjadi berulang kali sejak pertengahan tahun 2024. Tersangka HH memanfaatkan kedekatannya dengan keluarga korban dan membujuk korban menggunakan berbagai iming-iming, seperti makanan, botol susu, dan ponsel.
“Korban dibujuk lalu diajak ke salah satu tempat wisata di wilayah Wagir. Di sana tersangka melakukan aksinya,” ungkap Kasatreskrim Polres Malang, AKP Muchammad Nur.
Selain bujuk rayu, tersangka juga diduga menggunakan ancaman untuk membuat korban diam. “Ada dugaan intimidasi terhadap korban menggunakan alat tertentu. Ini masih terus kami dalami,” tambahnya.
Dalam penyidikan, polisi mengamankan sejumlah barang bukti, termasuk makanan, pakaian anak-anak, serta barang-barang lain yang berkaitan dengan kasus ini. Penyidik juga masih memeriksa kondisi psikologis tersangka dan kemungkinan adanya korban lainnya.
Sementara itu, korban sudah mendapatkan penanganan psikologis dan pendampingan trauma healing. Polisi menegaskan bahwa upaya pemulihan mental korban menjadi prioritas selain proses penegakan hukum.
“Kami tidak hanya fokus pada pembuktian hukum, tetapi juga pemulihan kondisi korban agar tidak menimbulkan trauma jangka panjang,” ujar AKP Muchammad Nur.
Atas perbuatannya, HH dijerat dengan Pasal 81 ayat (2) dan/atau Pasal 82 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak. Tersangka terancam hukuman maksimal 15 tahun penjara dan denda hingga Rp5 miliar.
“Ini adalah bentuk komitmen kami dalam menangani kasus kekerasan terhadap anak. Proses hukum akan kami kawal hingga tuntas,” tegas Kompol Bayu Halim Nugroho.