Kabarutama.co – Nama Wiweko Soepono mungkin belum sepopuler tokoh-tokoh penerbangan dunia lainnya, namun jasanya begitu besar dan mendunia. Lahir pada 18 Januari 1923, Wiweko dikenal luas sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia periode 1968 hingga 1984.
Di bawah kepemimpinannya, Garuda tumbuh menjadi maskapai nasional yang disegani di kawasan Asia dan mulai memperluas jaringan penerbangan internasional.
Namun kontribusi Wiweko tak berhenti di balik meja direktur. Ia dikenal sebagai sosok visioner dalam dunia penerbangan internasional, khususnya atas peran pentingnya dalam pengembangan konsep kokpit dua awak (two-man cockpit) — sebuah sistem revolusioner yang kini menjadi standar industri penerbangan global.
Konsep Revolusioner: Two-Man Cockpit
Pada era 1970-an, mayoritas pesawat komersial masih dioperasikan oleh tiga hingga empat kru di kokpit: pilot, kopilot, insinyur penerbangan, dan kadang navigator. Melihat kebutuhan efisiensi dan keselamatan, Wiweko mendorong perubahan besar dengan mengembangkan konsep kokpit dengan hanya dua awak di dalamnya.
Inovasi ini diterapkan pertama kali pada Airbus A300-B4 FFCC (Forward Facing Crew Cockpit) — sebuah varian eksperimental dari Airbus A300 yang menjadi cikal bakal sistem glass cockpit modern.
Teknologi ini mengandalkan layar digital untuk menampilkan informasi penerbangan, menggantikan instrumen analog yang rumit, dan memungkinkan pengoperasian pesawat hanya oleh pilot dan kopilot.
Berkat dedikasi dan keberaniannya menantang standar industri, Wiweko dijuluki sebagai “The Father of the Two-Man Cockpit” oleh kalangan aviasi Eropa. Tak hanya mengharumkan nama Indonesia, visinya turut mendorong perkembangan teknologi penerbangan global menuju era yang lebih efisien dan aman.
Kiprah Nasional dan Warisan Internasional
Selama memimpin Garuda Indonesia, Wiweko tak hanya memikirkan operasional bisnis, tetapi juga pembangunan SDM penerbangan nasional. Ia aktif membina pilot-pilot muda dan mengembangkan kultur keselamatan terbang yang disiplin.
Wiweko Soepono wafat pada 8 September 2000, namun warisannya tetap hidup dalam setiap penerbangan modern. Kini, hampir semua pesawat komersial besar dari Airbus hingga Boeing – mengadopsi sistem kokpit dua awak yang ia gagas.
Wiweko adalah bukti bahwa inovasi besar bisa lahir dari pikiran seorang putra bangsa. Ia adalah tokoh yang patut dikenang bukan hanya oleh dunia penerbangan Indonesia, tetapi juga oleh sejarah teknologi global.