Surabaya – Kepolisian Daerah Jawa Timur (Polda Jatim) berhasil menggagalkan penyelundupan narkotika jenis sabu seberat 21,351 kilogram yang diduga berasal dari jaringan internasional Timur Tengah.
Pengungkapan kasus ini berawal dari laporan masyarakat terkait rencana pengiriman sabu dari Surabaya ke Kalimantan Timur. Menindaklanjuti informasi tersebut, Direktorat Reserse Narkoba (Ditresnarkoba) Polda Jatim melakukan penyelidikan dan pengejaran terhadap dua tersangka yang berperan sebagai kurir, yakni REP (38) warga Kota Batu dan W (35) warga Surabaya.
“Petugas sempat mengejar di Pelabuhan Tanjung Perak, namun tersangka lebih dulu naik kapal menuju Balikpapan. Mereka akhirnya ditangkap di depan Pelabuhan Semayang, Balikpapan pada Minggu, 20 April 2025 pukul 00.30 WITA,” kata Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Jules Abraham Abast, saat konferensi pers, Selasa (29/4/2025).
Dari penangkapan itu, polisi mengamankan 22 kotak Tupperware berisi sabu: 9 kotak dibawa REP dalam tas ransel hitam dan 13 kotak dibawa W dalam kardus cokelat. Total berat bersih sabu mencapai 21,351 kg dengan estimasi nilai sekitar Rp22 miliar.
Selain sabu, polisi juga menyita barang bukti berupa tas ransel, kardus, dua ponsel, dan uang tunai Rp100 ribu. Para tersangka mengaku hanya sebagai perantara dan berkomunikasi dengan pengendali berinisial F, yang saat ini masih buron, melalui aplikasi terenkripsi Skred.
Direktur Reserse Narkoba Polda Jatim, Kombes Pol Robert Dacosta, menyebut penggunaan aplikasi yang tidak umum menjadi salah satu modus operandi jaringan untuk menghindari pantauan aparat.
“Ini jadi tantangan kami, tapi kami terus monitor pergerakan jaringan ini,” ujarnya.
Dari hasil interogasi, REP dan W mengaku sudah beberapa kali mengirim sabu dengan upah Rp5–10 juta per pengiriman. Barang haram itu diduga masuk melalui jalur Sumatera, Banten, Jakarta, lalu ke Surabaya.
Kedua tersangka dijerat Pasal 114 ayat (2), Pasal 112 ayat (2), dan Pasal 132 ayat (1) UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dengan ancaman pidana mati, seumur hidup, atau penjara maksimal 20 tahun.
“Dari pengungkapan ini, sedikitnya 100 ribu jiwa masyarakat Jawa Timur terselamatkan dari bahaya narkoba,” pungkas Kombes Pol Robert Dacosta.