JOMBANG – SDN Jabon 2, Desa Jabon, Kecamatan Jombang, menjadi potret nyata kegagalan proyek rehabilitasi sekolah yang tak tuntas. Alih-alih membawa perbaikan, proyek senilai Rp 195 juta dari anggaran P-APBD tahun 2021, justru menyisakan bangunan setengah jadi dan menyulitkan aktivitas belajar siswa hingga hari ini.
Kondisi tiga ruang kelas terlihat sangat memprihatinkan. Dinding berdiri, atap terpasang, tapi lantainya masih berupa tanah uruk. Tidak ada keramik, bahkan teras di depan ruang kelas pun tak selesai dikerjakan. Sejak saat itu, tak pernah ada kelanjutan.
“Waktu saya datang ke sini tahun 2022, bangunan itu sudah seperti ini. Dikerjakan cuma dinding dan atapnya saja, lantainya belum. Lantas tidak pernah dilanjutkan,” ujar Kepala SDN Jabon 2, Wiji Utami, saat ditemui Kamis (3/7/2025) lalu.
Kondisi ini, kata Wiji, merupakan buntut dari proyek rehabilitasi yang dikerjakan sebelum dirinya menjabat. Informasi yang ia terima dari guru-guru lama, proyek tersebut mulanya akan menggunakan keramik, namun tiba-tiba ada perubahan spek ke granit. Ketika granit datang, kabarnya dana tidak mencukupi.
“Granitnya tidak pernah dipasang. Akhirnya mangkrak begitu saja. Tidak jelas kelanjutannya,” ucapnya.
Tak tinggal diam, Wiji bersama para guru akhirnya patungan membeli semen dan merabat lantai seadanya agar ruangan bisa digunakan. Tapi karena tak sesuai standar konstruksi, lantai tersebut mulai rusak dan mengelupas kembali.
“Kami cuma ingin anak-anak bisa belajar lebih nyaman. Walaupun lantainya kasar, minimal tidak berdebu,” tambahnya.
Tak hanya soal lantai, kerusakan juga terjadi pada atap dan plafon. Di ruang kelas 4, air hujan yang menggenang membuat bagian langit-langit jebol. “Setiap musim hujan, kami deg-degan. Takut runtuh sewaktu-waktu,” katanya.
Sayangnya, upaya perbaikan bangunan tersebut hingga kini belum mendapatkan tanggapan serius. Pada tahun 2024, bantuan perbaikan memang sempat diberikan, tapi hanya menyasar dua ruang: kantor guru dan ruang kelas 3. Sementara tiga ruang korban proyek gagal tetap dibiarkan setengah jadi.
“Kami sudah sampaikan ke Dinas Pendidikan, tapi katanya masih ada kendala aset desa, jadi belum bisa dianggarkan lagi,” ungkap Wiji.
Kegagalan proyek ini tak hanya merusak bangunan fisik, tapi juga kepercayaan masyarakat. Dalam dua tahun terakhir, jumlah pendaftar di sekolah ini terus merosot. Hanya dua siswa yang masuk pada tahun ajaran 2025. Tahun sebelumnya, hanya lima murid yang mendaftar.
Terpisah, Kabid Pembinaan SD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jombang, Rhendra Kusuma, mengaku belum mengetahui secara rinci soal kondisi bangunan tersebut. “Kita akan cek dulu ke lapangan,” ujarnya singkat.