Kediri – Nama Dr. Emi Puasa Handayani, S.H., M.H. dikenal luas di kalangan akademisi dan praktisi hukum di Kota Kediri. Perempuan kelahiran Kediri, 14 Desember 1971 ini telah lebih dari 25 tahun mengabdikan diri sebagai dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Kadiri (Uniska) dan praktisi hukum.
Mengawali karier di Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Jakarta pada tahun 1994, Emi sempat menjadi asisten almarhum Adnan Buyung Nasution, tokoh hukum nasional. Dua tahun kemudian, ia kembali ke Kediri dan mulai mengajar di Uniska hingga kini. Di tengah aktivitas akademiknya, ia juga memimpin Kantor Advokat & Konsultan Hukum Emi, Rinni & Rekan, yang kini menaungi enam advokat aktif.
“Tantangan terbesar dalam profesi ini adalah mendidik advokat muda agar memiliki integritas. Hukum bukan sekadar profesi, tapi juga amanah,” kata Dr. Emi saat ditemui di kantornya, Rabu (30/7/2025).
Selain berkiprah di dunia akademik dan praktik hukum, Emi juga aktif dalam organisasi sosial keagamaan. Ia menjabat Sekretaris PAUB dan menjadi pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Kediri sejak tahun 2014.
Dr. Emi menuturkan, nilai-nilai ketulusan dan keberanian yang ia pegang selama ini berasal dari sang ayah, seorang tokoh masyarakat di kawasan Dandangan, Kediri. Meskipun hanya lulusan sekolah dasar, ayahnya kerap dimintai tolong menyelesaikan persoalan warga secara damai.
“Ayah saya mengajarkan penyelesaian sengketa harus mengedepankan kemanusiaan dan perdamaian. Dari beliau, saya belajar nilai-nilai luhur yang masih saya pegang sampai sekarang,” ungkapnya.
Dalam perjalanan kariernya, Dr. Emi terlibat dalam berbagai kasus publik, termasuk perkara pembunuhan, penganiayaan, hingga sengketa pertanahan. Ia juga dipercaya sebagai konsultan hukum untuk sejumlah institusi, termasuk Perum Jasa Tirta I sejak 2017, serta beberapa kali diminta sebagai saksi ahli oleh penyidik Polri dan Bea Cukai.
Di luar kesibukannya, Dr. Emi juga dikenal sebagai sosok dermawan yang membina anak-anak asuh dari kalangan kurang mampu hingga menyelesaikan pendidikan tinggi. Ia menyebut mendidik anak-anak asuh hingga mandiri sebagai bentuk syukur dan kebahagiaan tersendiri.
“Melihat mereka tumbuh menjadi pribadi religius dan mandiri, itu adalah karunia terbesar dalam hidup saya,” ujarnya.
Momen paling berkesan dalam hidupnya, kata Emi, terjadi saat menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. Di sana, ia merasa dihargai tanpa memandang latar belakang, yang menurutnya sangat berpengaruh pada tumbuhnya rasa percaya diri sebagai perempuan di dunia hukum.
Hingga kini, Dr. Emi tetap aktif mengajar, menangani perkara hukum, dan mengelola berbagai kegiatan sosial bersama staf dan koleganya. Dalam setiap langkahnya, ia terus menanamkan nilai-nilai kejujuran, integritas, dan pengabdian.