Jakarta – Suasana internal Nahdlatul Ulama (NU) kembali menjadi sorotan setelah tokoh NU di Australia, Dr. Nadirsyah Hosen, menyampaikan surat terbuka kepada Rais ‘Aam Jam’iyyah Nahdlatul Ulama. Surat tersebut berisi kegelisahan, kritik, sekaligus usulan konkret terkait dinamika kepengurusan PBNU pasca-Muktamar Lampung 2021.
Dalam pembukaannya, Nadirsyah Hosen menekankan pentingnya amanah kepemimpinan dalam organisasi Islam terbesar di Indonesia itu. Ia mengutip ayat Al-Qur’an (QS. An-Nisa: 58) serta hadis Nabi Muhammad Saw. tentang tanggung jawab pemimpin terhadap umatnya.
“Setiap kalian adalah penggembala (pemimpin), dan setiap dari kalian akan dituntut tanggung jawabnya atas gembalaannya,” tulis Nadirsyah mengutip hadis sahih riwayat Al-Bukhari dan Muslim.
Hubungan Internal yang Renggang
Menurut Nadirsyah, NU tengah menghadapi situasi sulit akibat disharmoni di tingkat pimpinan pusat. Ia menyinggung hubungan yang kurang harmonis antara Rais ‘Aam, Katib ‘Aam, Ketua Umum PBNU, hingga Sekretaris Jenderal. Kondisi ini, menurutnya, menghambat kinerja organisasi.
“Berita yang sampai kepada kami bahwa Anda tidak berkenan untuk bertemu dengan Ketua Umum, sebagaimana bahwa hubungan antara Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal juga dicederai oleh berbagai perbedaan sikap, sehingga memandulkan tugas dan kebijakan,” ungkapnya.
Usulan Pembekuan Ketua Umum
Dengan bahasa yang tegas namun penuh hormat, Nadirsyah mengajukan saran agar Rais ‘Aam mengambil langkah berani: membekukan jabatan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf. Sebagai gantinya, ia mengusulkan Prof. Dr. Muhammad Nuh—yang saat Muktamar Lampung bertindak sebagai pimpinan sidang—untuk ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas Ketua Umum hingga Muktamar berikutnya pada 2027.
“Ini adalah langkah yang saya nilai sangat penting dan mendesak guna menjaga kehormatan Jam’iyyah dan kemaslahatannya, agar tugas-tugas Jam’iyyah untuk melayani umat dapat kembali bergulir,” tulisnya.
Doa dan Harapan
Meski berisi kritik keras, surat terbuka tersebut ditutup dengan doa untuk kebaikan NU. Nadirsyah berharap organisasi yang lahir pada 1926 itu tetap menjadi benteng persatuan umat.
“Ya Allah, jadikanlah Jam’iyyah ini sebagai mimbar perbaikan dan sumber hidayah serta benteng persatuan umat Islam. Ya Allah, ilhamilah para pemukanya jalan yang lurus,” tulisnya menutup surat.
Surat terbuka ini menambah daftar panjang dinamika internal NU yang belakangan mencuat ke ruang publik. Publik kini menanti bagaimana sikap Rais ‘Aam dan pengurus PBNU lainnya menanggapi masukan sekaligus tantangan dari tokoh muda NU di rantau tersebut.