kabarutama.co – Menyambut datangnya Tahun Baru Islam 1 Muharram, masyarakat Jawa kembali menghidupkan tradisi Baritan Satu Suro, sebuah upacara adat yang sarat makna spiritual dan budaya. Tradisi yang dilestarikan turun-temurun ini digelar sebagai bentuk rasa syukur, harapan, dan refleksi diri dalam menyambut tahun baru Hijriah.
Pawai Obor hingga Pentas Seni: Rangkaian Sakral Tradisi Baritan
Dalam pelaksanaannya, tradisi Baritan Satu Suro diawali dengan pawai obor yang dilakukan oleh warga setempat. Obor-obor menyala dibawa berkeliling kampung, menjadi simbol cahaya dan harapan baru yang menerangi langkah di tahun mendatang.
Setelah pawai, warga melanjutkan kegiatan dengan shalawatan, melantunkan pujian kepada Nabi Muhammad SAW dalam suasana religius dan penuh kekhusyukan. Kemudian, doa bersama dipanjatkan untuk memohon keselamatan, kesehatan, dan keberkahan sepanjang tahun.
Tidak hanya itu, masyarakat juga menggelar kirab budaya, menampilkan arak-arakan tradisional yang mencerminkan semangat kebersamaan dan penghormatan terhadap tradisi leluhur. Sebagai penutup, digelar pentas seni rakyat yang menyajikan beragam pertunjukan seperti wayang, jathilan, dan tembang Jawa sebagai ekspresi kebudayaan lokal.
Makna Filosofis Tradisi Baritan
Tradisi Baritan tidak sekadar seremoni, namun juga mengandung nilai-nilai filosofis yang dalam. Pembersihan diri menjadi makna utama, mengajak masyarakat untuk merenung dan memperbaiki diri dari kesalahan di masa lalu. Selain itu, tradisi ini melambangkan harapan baru, sebuah awal untuk menata kehidupan lebih baik di tahun yang akan datang.
Lebih jauh, kegiatan ini memperkuat nilai kebersamaan dan solidaritas sosial, di mana warga lintas usia, latar belakang, dan status sosial bersatu dalam ritual yang sama, memperkuat ikatan antarwarga.
Digelar di Berbagai Daerah
Tradisi Baritan masih lestari di sejumlah wilayah Jawa, terutama di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Di daerah-daerah ini, perayaan Baritan sering diwarnai dengan nuansa lokal khas masing-masing daerah, seperti penggunaan pakaian adat, kuliner tradisional, hingga ritual-ritual khas keraton.
Warisan Budaya yang Perlu Dilestarikan
Sebagai bagian dari kekayaan budaya Nusantara, Tradisi Baritan Satu Suro tidak hanya menjadi ajang perayaan tahun baru Islam, tetapi juga menjadi sarana pelestarian nilai-nilai luhur bangsa. Di tengah arus modernisasi, keberadaan tradisi ini menjadi pengingat pentingnya menjaga jati diri dan warisan budaya lokal.
Melalui semangat Baritan, masyarakat tidak hanya menyambut tahun baru secara spiritual, tetapi juga meneguhkan kembali identitas budaya Jawa yang kaya dan bermakna. Baritan bukan sekadar tradisi, tapi juga jembatan spiritual, sosial, dan kultural masyarakat Jawa menuju masa depan yang lebih baik.