Kediri — Dalam rangka memperingati hari jadi ke-103 Yayasan Taman Siswa yang berdiri sejak 3 Juli 1922, Sekolah Taman Siswa Kediri menggelar serangkaian kegiatan meriah pada Kamis (3/7/2025), bertempat di Jalan Pemuda No. 20, Kecamatan Kota Kediri.
Puncak peringatan ditandai dengan peresmian Patung Ki Hajar Dewantara, sebagai bentuk penghormatan kepada tokoh pelopor pendidikan nasional dan pendiri Taman Siswa. Patung ini menjadi simbol pengingat atas jasa besar beliau dalam membangun fondasi pendidikan Indonesia.
Beragam kegiatan turut memeriahkan acara ini, antara lain: penanaman pohon, tumpengan sebagai simbol harapan dan keberkahan, pelatihan membuat dekorasi janur, mewarnai topeng untuk anak-anak, pelatihan Bahasa Jawi Kuadrat untuk melestarikan budaya lokal, pameran tenun tradisional, serta pelatihan meracik jamu terapi.
Acara ini diikuti oleh berbagai elemen masyarakat, mulai dari warga Yayasan Taman Siswo dan para alumni, anggota Dewan Kesenian Kota Kediri (DKK), perwakilan dari Saka Bhayangkara dan Saka Wana Bhakti, hingga para pelaku UMKM se-Kota Kediri yang turut memamerkan produk-produk unggulan mereka.
Ketua Yayasan Perguruan Taman Siswa Cabang Kediri, Ki Supomo, menyampaikan bahwa hari jadi ini merupakan momen penting untuk mengenang sejarah panjang perjuangan pendidikan nasional yang telah dimulai jauh sebelum kemerdekaan Indonesia.
“Perguruan Taman Siswa berdiri di Yogyakarta pada 1922, dan dalam waktu sepuluh tahun telah berkembang ke berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Kediri. Di Kediri, Taman Siswa sudah berdiri sejak tahun 1922 hingga 1930, artinya telah berlangsung selama dua generasi,” ujarnya.
Menurutnya, Kediri bisa disebut sebagai cabang Taman Siswa terbesar kedua setelah Yogyakarta. Hingga kini, di Kediri masih berdiri beberapa unit pendidikan seperti Taman Indriya, Taman Dewasa, dan Taman Karya. Sementara itu, di Jawa Timur sendiri, Taman Siswa telah hadir di sejumlah kota seperti Tulungagung, Blitar, Probolinggo, Malang, Mojokerto, Mojoagung, dan Surabaya.
“Peresmian patung ini bukan sekadar simbol, tapi juga menjadi tonggak bagi kita semua masyarakat dan pemerintah, baik pusat maupun daerah untuk terus memikul tanggung jawab pendidikan bersama,” tambahnya.
Lebih lanjut, Ki Supomo menegaskan bahwa kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang refleksi sejarah, tetapi juga bentuk nyata kolaborasi lintas komunitas dalam melestarikan nilai-nilai kebangsaan dan budaya lokal.
“Kami berharap peringatan ini menjadi momentum memperkuat kembali semangat Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani dalam praktik pendidikan dan kehidupan bermasyarakat,” pungkasnya.
Acara berlangsung khidmat dan penuh semangat, mencerminkan komitmen Yayasan Taman Siswa untuk terus mengembangkan pendidikan yang berakar pada budaya bangsa dan berpandangan ke masa depan.